01.
Tags: Omegaverse, Rape, Sexual Assault, Incest, Mention of Male Pregnancy, Murder, Angst
Malam itu, Jungkook menangis. Lagi. Merutuki nasibnya sebagai omega entah untuk keberapa kalinya. Wajahnya semakin lebam, begitu pula dengan badannya. Luka fisiknya tak sebanding dengan luka di hatinya.
Keesokan harinya, Jungkook sakit. Badannya panas. Tubuhnya dijual demi beberapa butir obat. Semenjak itu, ia menjadi mesin pemuas nafsu teman-teman ayahnya dan beberapa lelaki asing. Demi beberapa lembar uang.
Suatu pagi, ia terbangun. Dengan tanda bond di lehernya. Tanda yang Jungkook jaga hanya untuk Taehyung seorang. Matanya sudah terlalu kering untuk menangis. Hari ini, mimpi buruknya masih terus berjalan.
“Apa??! Hamil?!” Jungkook meringis melihat testpack yang ia sodorkan dibuang jauh entah kemana saking angkara-nya ayah Jungkook. Ia mengenggam pipi Jungkook kasar, melihat tanda bond yang ia ciptakan sendiri dengan benci.
Setidaknya, intensitas kekerasan ayahnya berkurang saat ia hamil. Terkadang, diam-diam Jungkook suka mengelus perutnya. Walau kadang hatinya sering ngilu mengingat siapakah ayah jabang bayi tak berdosa ini. Ia hibur dirinya sendiri. Membayangkan anak kecil yang mungil akan terlahir dari dirinya, membuat dadanya terasa menghangat.
Hingga merah menggenang di lantai rumah, nafasnya yang mulai dikorupsi waktu. Dingin. Sekujur tubuhnya dingin seperti waktu itu. Jabang bayi yang ia lahirkan secara normal tewas di tangan ayahnya sendiri.
Jungkook terlalu syok untuk berteriak. Bayi itu tak berdosa. Kenapa ia harus menemui tuhan lebih dulu darinya? Kalau saja bukan demi senyum kotak yang selalu menjadi kesukaannya, ia juga ingin menyusul anaknya.
Begitu polanya, jadi pemuas nafsu alpha. Jungkook membawa nyawa lagi dalam perutnya selang beberapa lama kejadian itu. Setiap detik kehamilannya terasa menyakitkan. Ayahnya yang tidak menyuruh untuk menggugurkan kandungannya. Diam menunggu bak malaikat maut.
From Pendulum, 2022
02.
Tags: Infidelity, Obsession
Sempit, gumam Taehyung saat ia melakukan penetrasi. Ia menggeram tatkala merasakan dinding liang Jungkook mengapit kepemilikannya dengan erat. Taehyung bisa merasakan nafas Jungkook berkejaran dengan nafasnya. Ia mengangkat pinggul Jungkook, membenarkan posisi pria yang lebih tua darinya tersebut. "Fokus, Jung. Cuma ada saya disini," Taehyung mulai menghentakkan pinggulnya.
"Pelan... ahh--- Tae!" Jungkook memekik saat milik Taehyung menyentuh titik manisnya, menghantarkan impuls laksana kejutan yang membuat tubuhnya semakin kacau. Kuku-kukunya menggores punggung Taehyung saat pintanya untuk melambatkan ritme tidak didengar.
Mereka tak ubahnya hewan yang tengah dalam masa kawin. Bunyi tepukan basah beradu memenuhi ruangan seirama dengan desahan Jungkook. Taehyung terpesona melihat bagaimana tampilan Jungkook tiap kali pria itu mencapai titik terdalamnya; bulu matanya yang basah dan gemetaran, tatapan berkabut kemana-mana, desahan cepat dan rakus dengan mulut terbuka, dari mana benang air liur mengalir dari sudutnya.
Taehyung menyeringai puas, ia serasa mendapatkan jackpot. "Tae.. .. mau keluar--- ah..." Ia menjambak rambut Jungkook kasar tatkala mendengar ucapan barusan. Ia menghentikan pergerakannya. Dalam pikirannya ia ingin tetap terus menumbuk Jungkook, namun ia ingin memperpanjang kesenangan ini. Jungkook berada di bawahnya, gemetar karenanya, tunduk atas maunya, dan bergantung kepadanya.
"Lupakan mantanmu itu, ingat ini---" Taehyung mengelus perut Jungkook yang sedikit menonjol akibat miliknya masih berada didalam sana. "--- aku yang akan mengukirmu sedemikian rupa hingga kau hanya memilihku." lanjutnya. Tapi Jungkook sudah tidak bisa berpikir jernih. Air mata menggenang di pelupuknya, ia ingin segera keluar namun ditahan oleh tangan Taehyung yang menahan miliknya.
"Anak baik, kau tahu apa yang harus kaulakukan,"